kemana lagi kan kau teriakkan?
wahai penyair
ketika sajak-sajak kita hanyalah sekumpulan kata indah
sedang mereka tak bisa membedakan tautan rima, atau bualan sampah
ah, rajam
lenguh itu peluh mengaduh
terurai kusam
serupa lembar lumbu teduh lusuh
mereka disana berbual sajak Alisjahbana
di kertas-kertas, di buku-buku, penyair!
sedang kita melukis genjer
di lontar awar-awar tentang bait-bait Lekra yang tercecer
-atau begini saja– sajakkan padaku Deru Campur Debu
lagaklah lalu macam Jassin
itu belenggu memukul lidah kita kelu
dan mereka macam penyekat buih di antara manis dan asin
kemana lagi kan kau teriakkan?
wahai penyair
ini tanah gundah, dan matari menyembul di bawah mega merah, marah!
kita hanya punya kumpulan sampah
Malang. pertengahan Mei 2010
07.14 WIB