Arsip untuk November, 2009

mungkin saja,
bercakmu terkelupas saat embun jatuh
tetes tetes elegi bening membasuh darah di bekas tapakmu
dan segera kering menjadi noda saat matari pongah tak peduli kesah dan aduh di setiap uap..

mungkin saja,
merah darah yang tercecer disetiap jejakmu menggambarkan kerakusanmu akan nafsu
angkara kundalini yang bersemanyam dalam raga ringkih
dan tergambar nyalang dalam seringaimu, mungkin juga di aku.

mungkin saja,
seringaimu tak sehitam empat jam lalu
saat kau menerkam kelinci binal yang masih saja gatal berkelakar diluar kamar
sedang kelelawar saja tahu kapan terbang, kapan mendengkur.

mungkin saja,
darah segar dibalik lentik bulubulu mulus tak meringan dahagamu
hanya seteguk, sekelebat ejakulasi lalu pergi
dagingnya pun tak semerah domba Aussie tetapi coklat kambing congek kurang gizi

mungkin saja,
kau yang tak berotak karena hasrat menggebu akan perut nafsu yang terburu
tak melihat itu mangsa sehat atau seklanyeman urat kenyal tanpa rasa hanya merah berserat
mencoba menipu diri itu daging merah nikmat.

mungkin saja,
kau kecewa dengan perburuan nista malam ini
berharap domba lugu atau biribiri malu tertinggal diantara bekas ladang bisu
padahal kau tak tahu mereka pun tau dan akan sembunyi aman dari serigala nakal sepertimu..

mungkin saja,
kau akan terus berjalan dengan bekas tapak tapak binal merah
bekas tertinggal menyerupai darah disetiap jalan gundah yang kau lalui
dan pagi menjadi saksi atas sisa jeritan lolongan liar pada dinihari

 

 

dalam renai
Malang, 221109
06.33 wib

andai saja [2]

Posted: 29 November 2009 in 1. Sastra, 2. Puisi

entah..
harus dengan pensil, atau pena.
dipahat, atau digambar dengan cat warna warni.
atau malah ku simpan saja?
rapi
tak ada ragu
mungkin saja aku yang bisu
kelu
saat ingin mengucap sesuatu tentangmu.
biar kusimpan saja
kunikmati sendiri hingga
kau bisa membongkar hatiku,
lagi dan lagi
dan menemukan namamu subur tumbuh disana..

aku mungkin sepi
dan kau pun terasa sendiri
aku saja yang terlalu picik menikmati
setiap rasa mengalir ini

ah, andai ku bisa menerjemahkan setiap detak
andai saja ku dapat melukis setiap gejolak
andai saja bisa memeta setiap warna yang ingin meledak
mungkin sendirimu tak lagi sepi..

andai saja..

Untuk malam..
dan nyenyak tidurnya..

disebuah teras

siang terik

Posted: 18 November 2009 in 1. Sastra, 2. Puisi, 5. Cerita Pendek

angin ini semilir
berhembus konstan dari jendela coklat berkaca gelap
tetap saja gerah
apa harusku telanjang?

sedang menyelam di lubuk dalam
pun takut tenggelam
kemanakah renai?
rinduku pada bulirnya melambai

kupu-kupu origami berputar ditempa lampu redup kamar
membentuk siluet terpantul ditepian sarang laba-laba nakal
di seutas benang mereka riang
sedang yang bebas tak bisa melayang

cih! senja.. senja!
berapa banyak keringat tertetes untuk sampai padamu?
dan mati di pagi terlalu sayang di jumpai
lihat berapa bnyk yg bertahan tuk mengucap selamat tinggal pada raja siang

sesampai malam
antri gelap berselimut pekat
yang berkerlip mimpi-mimpi, ya.. ruang gelap bertabur mimpi
akan pagi entah, atau sebatas ilusi reinkarnasi

atau kubuka saja penuh jendela
biar angin makin leluasa
demi gerah-gerah kita
biar tak perlu bertelanjang untuk melayang

ah, tetap saja rinduku belai renai

malang, 211009
13.52

katakan saja

Posted: 13 November 2009 in 1. Sastra, 2. Puisi

belenggu kaku,
tentang galau akan rindu .
Dulu secuil, kini menjamah darah.
Mengurat, mengalir, memerah.

Nadamu kelu
terucap satu satu,
kau terpaku.
aku bisu.

Kenapa tak kau sibak saja renjana timur?
timbang mendengkur.
biarkan pengap menggelap,
semakin kalap?

Ah, andai saja marsoninna meluruhkan semua daun.
dan ranting-ranting telanjang kepanasan melamun.
kau malu, aku mau.
ingin kuloncati saja pulau-pulau..

melepas hasrat yang tertunda 3 musim..

 

 

 

Marlboro 18 B, 20 Oktober 2009

11:11 +8 GMT