malam ini renai, tambah kabut apalagi
sunyi, dihembus sepoi
siluet kuning di marka.
goyang binal lampu merkuri.
jalanan pun mati sunyi.
apalagi yang kutulis selagi renai?
sedang rinduku padamu jelita, luruh aku lupa.
mungkin terbawa alir diselokan,
dan hanyut entah ke muara yang mana.
senja tadi hujan
tadi ada yg mengambang di awal malam
entah egomu, atau hatiku
siapa yang runtuh lebih dulu
satu yang aku suka darimu, Jelita
kau mahir membuat luka
tahu tempat tepat menabur bisa
ah, jam sekian hujan keras menampar
mungkinkah ini mengubah malam
atau membuatnya kian kelam?
siluet-siluet makin tajam memendar marka jalanan
mengabur setiap bayangku tentangmu
semakin kuning, semakin hening
mungkin cerita cinta yang kau gelar di berandamu
juga dagangan rindu-rindu itu
adalah sisa dari kisah ranjang-ranjang kita
ah malam,adakah kiranya sedikit siluet terang?
semacam kunang-kunang,bukan merkuri jalanan.
semua ini tidaklah cukup dengan cahaya dari dua bintang
hujan pergi, renai luruh lagi
semakin sepi, dan aku pergi bersama sepoi
Malang: 16 Desember 2010
18.29
30 Hari Puisi – #13 Siluet
satu yang aku suka darimu, Jelita
kau mahir membuat luka
tahu tempat tepat menabur bisa
aku suka iniiiiiiii >.<
ijin copas ya Om 🙂
silahkan mbak 😀
ahahaha sama! Gue juga suka kalimat ini
persis kek abang gue kalo lagi marah..
duh baby kamu pinter ya bikin sakit hati :))
aaa lupa.. kenapa login pake akun ini yah?
wis kamu tau kan akun puisiku yang mana Zir.. kesana ajah yah 😀
sama kaya inge, aku juga suka banget bagian ituuu.
ps: #ngikik melihat @ceritaeka salah akun :p
samaaaaaa aku juga suka bagian yang ittuuuuu 🙂 *langsung copas
emak-emak diatas pada kompakan ya? *dikeprukteflon*