Chanoyu Swarnadwipa

Posted: 14 November 2010 in 1. Sastra, 3. Sajak

Tuan,
kami yang memasak air dari sumur yang tercemar ini merkuri
menyapamu..

kemari saja Tuan, teh hangat kami mengepul ragu
tentu saja tidak beraroma manis melati, atau madu
lalu kenapa kalian malu-malu begitu
senyum itu tetap kelihatan palsu

apa yang menahanmu, Tuan?
bau-bau ledhus dari tubuh mbladhus kami, membuatmu bergidik ngeri?
ah, maklumi sajalah kami, ini tubuh kami yang jauh dari kalian
sedang air ini lebih baik di bikin teh atau kopi timbang buat mandi

Tuan,
kami yang penuh jilatan anjing dari tanah terpinggirkan ini,
menyapamu

kemari saja Tuan, akan kami nyanyikan lagu-lagu perjuangan dari rebana dan violin ini
lusuh memang, tapi masih bertaji mengusir emprit dari sawah-sawah kami
yang sebentar lagi berubah jadi gedung dan menara-menara keji
tempat kalian berpesta, lalu menari dengan pandangan kami punya iri

apa yang menahanmu, Tuan?
usah hiraukan anjing-anjing kami
lihat! kami anti rabies dan kusta, injak saja sampah dan kaleng-kaleng itu Tuan
beginilah isi gedung dan istana yang kami juluki

Tuan, masuk saja dan bergabung dengan ini kami punya surga
teh aroma merkuri dan goyang anjing di suatu senja
ya, di chanoyu swarnadwipa, mari berpesta
kami perlihatkan bagaimana kusta jadi raja

singsingkan Tuan, itu kalian punya baju,
turun dulu dari kendaraan perangmu itu ,
yang dikhususkan untuk mengubur rumah dan mimpi kami
hancurkan saja nanti, toh kami hanya menawari teh dan kopi

biarlah kami, berpesta dulu untuk terakhir kali
atas tanah yang dulu disemai dari darah yang tercecer dari moyang-moyang kami
sedang pertanyaan kemana moyang-moyangmu dulu berlari
tak sedikitpun ada di benak ini

Tuan,
kami yang berpesta di suatu senja dengan teh tercemar merkuri
menyapamu..

dari tempat-tempat anjing kurus menggonggong
dari anak-anak dengan kusta di gendong
dari belakang gedong-gedong kalian yang sombong
dari kehidupan dengan segala perut kosong melompong

dari balik kegagahan seragammu itu Tuan,
ada upeti buat anak kalian makan
sama seperti kami punya kerjaan
bedanya, kau gagah dan arogan, sedang kami selalu kelaparan

Tuan,
kami yang mulai berbenah pergi
menyapamu..

mengucapkan selamat tinggal pada tanah-tanah ini
pada anjing-anjing kami
bernyanyi lagu perjuangan sekali lagi
dan membiarkan kusta dan lepra mengisi tas-tas kami

sampai jumpa Tuan, suatu senja suatu hari
mungkin kalian yang menawari kami teh poci
beraroma melati bukan merkuri
dengan anjing pudel yang pandai menari

 

 

Malang, June 21, 2010
20,55 WIB

Komentar
  1. Ceritaeka berkata:

    Getir.
    Potret nyata yg disusun dlm diksi terpilih.

  2. lelakibudiman berkata:

    Masalah kita ternyata sama Bro, masih suka terjebak rima ๐Ÿ™‚
    Akhirnya puisi kita kurang “liar” …
    Belajar bareng2 yuk buat melepaskan diksi dari jebakan rima …

    • haziran berkata:

      saya malah mulai terbiasa dengan rima ini mas ๐Ÿ™‚
      entah kenapa, di tulisan ini, ada semacam apa yg tidak bisa ku keluarkan, masih ada yg mengendap. Ke’liar’an itu mungkin.

      makasih mas ๐Ÿ™‚

Tinggalkan Balasan ke almascatie Batalkan balasan